KOLOBOT, sebenarnya bukan produk barang yang
baru. Sebelum ada pabrik kertas rokok
(Sigaret Paper) puluhan tahun yang lalu, kolobot sangat dikenal oleh kalangan
perokok. Memang jenis barang yang terbuat dari daun aren muda ini merupakan
bahan pembungkus lintingan tembakau, sebelum menjadi batangan rokok
tradisional.
Seiring dengan perkembagan zaman, dimana
banyak bermunculannya pabrik kertas rokok, Kolobot mulai tergeser. Apalagi
banyaknya produk rokok yang diproduksi dengan memanfaatkan teknologi modern dan
harganya relatif terjangkau masyarakat kecil, boleh jadi salah satu penyebab
banyak pengrajin Kolobot di Kuningan
yang gulung tikar.
Di tengah gencarnya persaingan antar
perusahaan rokok modern, ternyata masih ada pengrajin Kolobot yang sampai saat
ini masih mampu bertahan. Satu diantaranya Tata (45), warga RT. 07 RW. 05
Kelurahan Cijoho, Kec. Kuningan. Dia melihat peluang usaha yang satu ini masih
menaruh harapan, karena masih ada warga yang memanfaatkan Kolobot sebagai
pembungkus lintingan tembakau, walau jumlahnya relatif sedikit.
“Konsumen Kolobot saat ini umumnya orang tua atau
generasi lama yang pernah mengalami masa-masa dimana Kolobot banyak dicari
perokok,” ujar Tata.
Dalam memasarkan produknya, Tata kini hanya memenuhi
konsumen di pasar-pasar tertentu seperti pasar Kadugede, Pasar Ancaran dan
Pasar Karamatmulya. Beerbeda dengan masa puluhan tahun lalu, Kolobot yang
memiliki label Cap Mangga ini mampu menembus beberapa pasar luar daerah seperti Garut, Sumedang dan
Bandung.
Menurut Tata, selain terbatasnya pemasaran, untuk
mendapatkan bahan baku pun kini sangat sulit. Menyusul langkanya pohon aren di Kabupaten Kuningan, menyebabkan
dia harus mencari bahan baku ke luar daerah
“Mungkin ke depannnya saya terpaksa beralh ke usaha
lain, karena konsumen kolobot semakin berkurang, tapi sekarang saya
lakukan lumayan untuk menyambung
kebutuhan hidup,” tuturnya.
Dia bersyukur, masih banyak warga yang
menyenangi Kolobot. Artinya dengan banyaknya konsumen, perusahaan imiliknya masih bertahan. Jika
tidak, tentu saja usaha yang dilakukannya akan sia-sia karena kehilangan
konsumen.
Tidak sepeti dulu puluhan tahun lalu,
kolobot pernah mengalami kejayaan pada zamannya, karena generasi sekarang sudah beralih ke rokok modern.
Pohon aren sekarang sudah langka, bahkan nyaris punah, karena
habis ditebang oleh pemiliknya, sementara belum ada genersi yang khusus
membudayakan pohon aren, karean jenis pohon aren secara alami melalui pembiakan
kotoran musang.
Di Kabupaten Kuningan, masih terdapat di
beberapa daerah pinggiran seperti Garwangi, Ciniru, Hantara, Cilebak dan
Subang. Karena di daerah itu masih ada
warga yang menjadi pengrajin gula aren, tapi untuk bahan baku kolobot
sulit.
“Saya mendapatkan bahan baku dari daerah
Bantarujeg Majalengka, mereka biasanya mengirim daun aren yang sudah berbentuk
gulungan. Itu pun dalam jumlah relatif sedikit dibanding dulu,”
Selain berkurangnya pohon aren, juga
pemasoknya seakan sudah menganggap dijadikan usaha sampingan. Bahkan mereka
beralasan, kalau musim hujan
“Dulu hampir setiap minggu mengirim bahan
baku , biasanya meeka mengirim daun aren dalam bentuk gulungan sudah
dibersihkan dari bagian rantingnya, jadi saya tinggal memasak saja,” kata Tata.
Satu kali mengirim 200 gulung, beisi 100
lembar . Sekarang, paling hanya sebulan sekali itu dalam jumlah sedikit.
Membuat Kolobot, sebenarnnya sangat sederhana, hanya
saja memerlukan ketekunan soal memasak atau meracik ramuan, karena tidak jauh
berbeda dengan meembuat menu makanan. Karena terkait dengan ursan citra rasa
yang sudah melekat di selera perokok tempo dulu. (jun)