Sumber: http://kamu-klik.blogspot.com/2011/11/script-agar-setiap-link-di-blog-kita-di.html#ixzz1kKOSPdG6

Recent Posts

Image and video hosting by TinyPic

Monday, January 16, 2012

Industri Kolobot Masih Bertahan


KOLOBOT, sebenarnya bukan produk barang yang baru. Sebelum ada pabrik kertas  rokok (Sigaret Paper) puluhan tahun yang lalu, kolobot sangat dikenal oleh kalangan perokok. Memang jenis barang yang terbuat dari daun aren muda ini merupakan bahan pembungkus lintingan tembakau, sebelum menjadi batangan rokok tradisional.

Seiring dengan perkembagan zaman, dimana banyak bermunculannya pabrik kertas rokok, Kolobot mulai tergeser. Apalagi banyaknya produk rokok yang diproduksi dengan memanfaatkan teknologi modern dan harganya relatif terjangkau masyarakat kecil, boleh jadi salah satu penyebab banyak pengrajin Kolobot  di Kuningan yang gulung tikar.

Di tengah gencarnya persaingan antar perusahaan rokok modern, ternyata masih ada pengrajin Kolobot yang sampai saat ini masih mampu bertahan. Satu diantaranya Tata (45), warga RT. 07 RW. 05 Kelurahan Cijoho, Kec. Kuningan. Dia melihat peluang usaha yang satu ini masih menaruh harapan, karena masih ada warga yang memanfaatkan Kolobot sebagai pembungkus lintingan tembakau, walau jumlahnya relatif sedikit.

“Konsumen Kolobot saat ini umumnya orang tua atau generasi lama yang pernah mengalami masa-masa dimana Kolobot banyak dicari perokok,” ujar Tata.

Dalam memasarkan produknya, Tata kini hanya memenuhi konsumen di pasar-pasar tertentu seperti pasar Kadugede, Pasar Ancaran dan Pasar Karamatmulya. Beerbeda dengan masa puluhan tahun lalu, Kolobot yang memiliki label Cap Mangga ini mampu menembus beberapa pasar  luar daerah seperti Garut, Sumedang dan Bandung.

Menurut Tata, selain terbatasnya pemasaran, untuk mendapatkan bahan baku pun kini sangat sulit. Menyusul langkanya  pohon aren di Kabupaten Kuningan, menyebabkan dia harus mencari bahan baku ke luar daerah

“Mungkin ke depannnya saya terpaksa beralh ke usaha lain, karena konsumen kolobot semakin berkurang, tapi sekarang saya lakukan  lumayan untuk menyambung kebutuhan hidup,” tuturnya.

Dia bersyukur, masih banyak warga yang menyenangi Kolobot. Artinya dengan banyaknya konsumen,  perusahaan imiliknya masih bertahan. Jika tidak, tentu saja usaha yang dilakukannya akan sia-sia karena kehilangan konsumen.
Tidak sepeti dulu puluhan tahun lalu, kolobot pernah mengalami kejayaan pada zamannya, karena generasi sekarang  sudah beralih ke rokok  modern.

Pohon aren sekarang  sudah langka, bahkan nyaris punah, karena habis ditebang oleh pemiliknya, sementara belum ada genersi yang khusus membudayakan pohon aren, karean jenis pohon aren secara alami melalui pembiakan kotoran musang.

Di Kabupaten Kuningan, masih terdapat di beberapa daerah pinggiran seperti Garwangi, Ciniru, Hantara, Cilebak dan Subang. Karena di daerah itu masih ada  warga yang menjadi pengrajin gula aren, tapi untuk bahan baku kolobot sulit. 

“Saya mendapatkan bahan baku dari daerah Bantarujeg Majalengka, mereka biasanya mengirim daun aren yang sudah berbentuk gulungan. Itu pun dalam jumlah relatif sedikit dibanding dulu,”

Selain berkurangnya pohon aren, juga pemasoknya seakan sudah menganggap dijadikan usaha sampingan. Bahkan mereka beralasan, kalau musim hujan

“Dulu hampir setiap minggu mengirim bahan baku , biasanya meeka mengirim daun aren dalam bentuk gulungan sudah dibersihkan dari bagian rantingnya, jadi saya tinggal memasak saja,” kata Tata.

Satu kali mengirim 200 gulung, beisi 100 lembar . Sekarang, paling hanya sebulan sekali itu dalam jumlah sedikit.

Membuat Kolobot, sebenarnnya sangat sederhana, hanya saja memerlukan ketekunan soal memasak atau meracik ramuan, karena tidak jauh berbeda dengan meembuat menu makanan. Karena terkait dengan ursan citra rasa yang sudah melekat di selera perokok tempo dulu.   (jun)

0 comments:

Post a Comment